KONSEL, SULTRACK.COM – Perempuan Penggerak Torobulu Melawan, menggelar kegiatan bertajuk “Torobulu berdongeng”, di Lorong Bajo, Desa Torobulu, Kecamatan Layea, Kabupaten Konsel, Sabtu (12/4/2025).
Kegiatan ini, bentuk penguatan literasi dan membangun generasi cinta baca, khususnya di bidang pendidikan, untuk 30 anak-anak Bajo di Torobulu, baik yang putus sekolah maupun yang masih mengenyam pendidikan di sekolahan.
Sekaligus sebagai upaya mengubah stereotip masyarakat, terhadap perempuan pembela HAM dan peningkatan sadar literasi anak usia dini, yang dilaksanakan pada Kamis, 10 April 2025.
Salah satu Perempuan Penggerak, Hermina menuturkan kegiatan Perempuan Penggerak Torobulu Melawan, dimulai sejak November 2024 dengan segala keterbatasan buku dan alat tulis.

“Melalui media sosial instagram
@torobulu_melawan Perempuan Penggerak menggalang donasi buku, dan memperoleh
sumbangsi buku dari solidaritas @cikarang_melamun dan @_perpusjalbacakami_ ,” bebernya.
Lanjutnya, untuk kali ini kegiatan tersebut kembali dilanjutkan di Lorong Bajo, Torobulu. Tempat ini dipilih, sebab banyak anak yang tidak mengenyam pendidikan layak, hingga putus sekolah.
“Pekan Literasi di Lorong Bajo merupakan kegiatan kali keempat, setelah sebelumnya digelar di dusun lain di Torobulu. Selain baca buku, anak-anak Bajo juga mendengarkan dongeng dan bermain,” ungkapnya.
Lebih jauh kata Hermina, sebagai bagian dari Perempuan Penggerak perlu untuk lebih memasifkan edukasi terhadap orang tua, maupun kepada anak-anak terkait kesadaran perihal pentingnya pendidikan.
“Anak-anak putus sekolah bukan karena mutlak tidak mampu, tapi juga karena kurangnya
kesadaran akan pentingnya pendidikan,” tuturnya.
Perempuan Penggerak Torobulu Melawan, sambung dia, menginisiasi pekan baca di Lorong Bajo di tengah minimnya literasi, sulitnya akses pendidikan, dan kesadaran terhadap pendidikan itu sendiri.
“Pendekatan ini juga sebagai upaya bahwa perempuan yang lantang menyuarakan hak
lingkungan, merupakan niat baik bukan hal memalukan yang menuntut perempuan harus
selalu tunduk dan penurut,” terangnya.
Sementara itu, Perempuan Penggerak lainnya Amalia Muis menambahkan, adapun yang melatarbelakangi terselenggaranya pekan literasi, yakni upaya dan selaras niat awal kami untuk menjaga lingkungan Torobulu dari pertambangan di pemukiman.
“Saya berpikir bahwa, perlu ada regenerasi yang melanjutkan perjuangan pemuda untuk menjaga lingkungan Torobulu, dari kiamat ekologis. Diharapkan kegiatan pekan literasi dapat terus berlangsung, meski dengan bahan dan alat seadanya,” imbuhnya.
Terakhir kata Amalia, jika mereka (anak kecil) melihat desanya hancur karena pertambangan, tanpa adanya perlawanan dari orang dewasa, takutnya kedepan mereka melazimkan hal itu, bahkan bisa jadi mereka juga ikut merusak lingkungan.
“Disamping itu, hak atas pendidikan, hak atas lingkungan yang baik dan sehat merupakan
hak dasar yang mesti dipenuhi negara pada setiap anak,” pungkasnya.
Editor: Redaksi