KOLUT, SULTRACK.COM – Di tengah kesibukannya sebagai anggota Kepolisian Resort (Polres) Kolaka Utara, Aiptu Lapa tetap berinovasi dan menciptakan karya. Dengan menerbitkan buku pertamanya yang berjudul “Z dalam Literasi Digital: Fenomena Interaksi Sosial”, Selasa (30/7/2024).
Buku ini menggambarkan perjalanannya dari seorang intelijen, yang berdedikasi menjadi seorang penulis yang peduli terhadap literasi generasi muda.
Buku ini mengupas tuntas fenomena interaksi sosial di era digital, sebuah topik yang sangat relevan dengan kehidupan saat ini. Dalam bukunya, Aiptu Lapa menjelaskan bahwa Generasi Z atau “Gen Z,” adalah generasi yang lahir antara Tahun 1997 hingga 2012. Generasi ini sangat beragam, global, dan dibentuk oleh perubahan sosial serta teknologi. Gen Z adalah generasi pertama yang tumbuh dengan smartphone dan Medsos. Sebagian dari mereka pernah mengalami masa transisi dari tidak adanya internet hingga munculnya internet yang terhubung dengan berbagai perangkat digital.
“Saya ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui tulisan. Menulis buku ini adalah cara saya untuk berkontribusi lebih kepada masyarakat, di luar tugas saya sebagai polisi,” ungkapnya.
Aiptu Lapa menyoroti bahwa keberadaan media digital seharusnya membawa perubahan besar bagi Generasi Z dalam menimba ilmu pengetahuan. Namun, sebaliknya, media digital cenderung mengalihkan fokus mereka dari proses pendidikan yang fundamental. Media digital telah mengubah pola komunikasi dalam masyarakat sehingga interaksi sosial semakin rendah. Fenomena ini tercermin dalam perilaku sehari-hari di mana smartphone dan aplikasi menarik cenderung mengubah tingkah laku dan pola pikir masyarakat, termasuk generasi muda.
“Teknologi digital seharusnya dimanfaatkan sebagai sarana literasi dalam pengembangan wawasan, khususnya oleh para pelajar dan mahasiswa. Untuk itu, perlu adanya terobosan baru dalam sistem pembelajaran serta regulasi yang mengatur metode pembelajaran yang relevan dengan teknologi digital, sehingga media digital dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai sarana literasi digital,” katanya.
Dia menambahkan bahwa buku perdananya ini diharapkan bisa menjadi panduan bagi pembaca dalam memahami literasi digital dan memanfaatkan teknologi secara bijak. Terbitnya buku ini juga membuktikan bahwa siapa pun bisa berkontribusi dalam dunia literasi, tanpa memandang profesi.
“Dengan peluncuran buku ini, saya berharap bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan teknologi. Literasi digital bukan hanya tentang memahami teknologi, tetapi juga tentang memanfaatkannya untuk membangun interaksi sosial yang lebih baik,” bebernya.
Saat ini, Aiptu Lapa tengah menyiapkan buku keduanya dengan judul “Aku Pandai Matematika Tapi Aku Tak Pandai Menghitung Karunia Tuhan.” Buku ini diharapkan akan membahas tema baru yang mendalam, melanjutkan semangatnya dalam dunia literasi.
Aiptu Lapa menunjukkan bahwa profesi sebagai polisi tidak hanya berkisar pada penegakan hukum, tetapi juga mencakup berbagai dimensi kehidupan lainnya. Sebagai seorang intel, Aiptu Lapa tidak hanya terlibat dalam menjaga keamanan, tetapi juga aktif berkontribusi dalam dunia literasi dan pendidikan. Karya-karyanya adalah bukti nyata bahwa seorang polisi juga memiliki sisi lain yang penuh dedikasi dan kepedulian terhadap perkembangan masyarakat. Semoga perjalanan literasi Aiptu Lapa menginspirasi banyak orang untuk mengejar passion mereka, tidak peduli seberapa berbeda dari tugas utama mereka.
“Apa yang saya lakukan ini sejalan dengan program pemerintah. Pada Tahun 2023, Polri secara serentak mendistribusikan buku ke sekolah-sekolah dan pondok pesantren dalam program Polri Distribusi Buku Sampai Pelosok Nusantara. Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses pendidikan dan literasi di seluruh penjuru tanah air, dan saya berharap kontribusi saya melalui buku ini dapat mendukung tujuannya,” tutupnya.
Editor: Redaksi
Discussion about this post