Oleh: Muhammad Ikbal Laribae (Mahasiswa Universitas Halu Oleo)
SULTRACK.COM – Sebagai mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO), saya merasa berada di tengah sebuah momen monumental—sebuah fase penting dalam sejarah kampus kita tercinta.
Proses pemilihan Rektor UHO periode 2025–2029 baru saja berlangsung dengan nuansa yang tak hanya demokratis, tapi juga mencerminkan kedewasaan intelektual yang patut diapresiasi.
Di tengah riuh rendah isu sektarian yang sempat bergema di ruang-ruang publik, UHO menunjukkan jati dirinya yang sejati. Kampus ini menolak terjebak dalam logika kesukuan, dan justru melahirkan ruang dialektika yang sehat, rasional, serta menjunjung tinggi meritokrasi.
Kegagalan isu primordial dalam menodai Pilrek ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari kematangan kolektif para anggota senat yang memutuskan untuk berdiri di atas prinsip integritas, bukan sentimen.
Saya mencatat bahwa momen ini bukan sekadar kontestasi biasa. Ini adalah refleksi dari sebuah institusi akademik yang mulai matang dan memahami perannya sebagai pilar utama dalam membangun peradaban.
Kampus bukan tempat untuk uji coba politik identitas, melainkan taman subur bagi gagasan, etika, dan kebijaksanaan. Maka ketika senat kampus kita mampu menjaga marwah demokrasi dengan menjunjung tinggi kualitas dan rasionalitas dalam memilih, itu adalah tanda bahwa UHO semakin siap menatap panggung nasional dan global.
Penghargaan setinggi-tingginya patut kita berikan kepada seluruh pihak, khususnya Rektor UHO Prof. Muhammad Zamrun, yang selama dua periode kepemimpinannya telah meletakkan fondasi budaya akademik yang menjunjung kesetaraan dan logika ilmiah.
Atmosfer yang beliau bangun tidak hanya menjauhkan kampus dari polarisasi, tapi juga menumbuhkan harapan baru akan kampus yang inklusif dan transformatif.
Pilrek UHO tahun ini bukan hanya soal siapa yang menang atau siapa yang unggul dalam pemeringkatan. Ini adalah tonggak sejarah bahwa civitas akademika UHO menolak terjebak dalam romantisme sektarian.
Ini adalah pertanda bahwa kita ingin melihat kampus ini tumbuh di atas nilai-nilai profesionalisme, bukan nepotisme, di atas prestasi, bukan asal-usul.
Kita berharap proses pasca Pilrek ini juga mencerminkan semangat yang sama, semangat untuk memilih pemimpin-pemimpin fakultas dan pengambil kebijakan kampus berdasarkan integritas, rekam jejak akademik, dan kemampuan memimpin bukan berdasarkan kedekatan emosional atau kesamaan darah.
Kemenangan akal sehat ini adalah warisan yang harus kita jaga dan teruskan. Biarlah UHO menjadi mercusuar pemikiran yang mampu menerangi jalan pembangunan daerah dan bangsa. Biarlah suara-suara yang mengedepankan kebijaksanaan, bukan kebisingan identitas, yang bergema paling keras di ruang-ruang kelas dan senat kampus ini.
Terima kasih, UHO, karena telah membuktikan bahwa di tengah zaman yang penuh distraksi, kita masih punya ruang bagi logika, etika, dan harapan.