BALI, SULTRACK.COM – Desa Wisata Penglipuran di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali, dikenal luas sebagai salah satu desa terbersih di dunia. Setelah pada tahun 2016 Green Destinations Foundation menempatkannya di peringkat ketiga dunia, di bawah Mawlynnong (India) dan Giethoorn (Belanda), Jumat (24/10/2025).
Desa dengan luas wilayah sekitar 112 hektare ini kembali mengharumkan nama Indonesia di tingkat global pada tahun 2023, setelah ditetapkan oleh United Nations World Tourism Organization (UNWTO) sebagai salah satu dari 54 desa wisata terbaik di dunia (Best Tourism Villages 2023).
Penghargaan tersebut diberikan karena konsistensi masyarakat Penglipuran dalam menjaga kebersihan, menata ruang, serta menerapkan pariwisata berkelanjutan berbasis adat dan budaya.
Terinspirasi oleh kesuksesan itu, Wali Kota Kendari dr. Hj. Siska Karina Imran, SKM, bersama para Camat, didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan kehutanan (DLHK) Kota Kendari, berkunjung dan melihat secara langsung pengelolaan kebersihan dan pariwisata di Desa Penglipuran, Selasa (21/10).
Kunjungan tersebut disambut oleh I Dewa Agung Putu Purnama, S.STP, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Bangli, bersama I Ketut Budiarsih, tokoh masyarakat Desa Penglipuran.
Dalam kesempatan tersebut, Wali Kota Kendari bersama para camat berkeliling menyusuri jalan-jalan utama Desa Penglipuran, menyaksikan langsung tata ruang, pengelolaan kebersihan, serta keterlibatan masyarakat dalam menjaga lingkungan.
“Desa Penglipuran menjadi contoh nyata bahwa kebersihan dapat tumbuh dari budaya. Kami ingin membawa semangat ini untuk diterapkan di Kendari,” ungkap Wali Kota Kendari.
Kadis PMD, I Dewa Agung Putu Purnama menjelaskan berbagai inovasi seperti Gerakan Serentak Pemilahan Plastik (Gertak Plastik), Arisan Sampah oleh PKK, serta kerja sama Bank Sampah dengan sektor swasta.
Ia menegaskan bahwa keberhasilan program tersebut didukung oleh sinergi antara pemerintah, adat, dan masyarakat.
“Kesadaran ini tidak dibangun dalam semalam, tetapi melalui pembiasaan dan keteladanan. Kami ingin masyarakat mencintai kebersihan sebagai bagian dari budaya, bukan paksaan,” ungkap I Dewa Agung Putu Purnama.
Sementara itu, Tokoh Masyarakat Penglipuran I Ketut Budiarsih menuturkan bahwa budaya bersih di Penglipuran tumbuh dari empat nilai utama masyarakatnya: gotong royong, kerja sama, rasa memiliki, dan tanggung jawab.
“Yang kami jual bukan hanya keindahan, tapi kejujuran dan kebersihan yang lahir dari kesadaran,” ujarnya.
Desa ini memiliki aturan adat (Awig-Awig) yang ketat, diantaranya larangan menebang pohon sembarangan, larangan poligami, serta kewajiban menjaga kebersihan lingkungan setiap hari.
“Setiap pagi, warga memulai aktivitas dengan menyapu halaman dan jalanan desa — sebuah tradisi yang telah membentuk budaya kebersihan yang konsisten dan diwariskan lintas generasi,” ungkapnya.
Suasana desa yang tertata rapi, rumah tradisional yang seragam, dan lingkungan bebas sampah menjadi inspirasi bagi Pemkot Kendari dalam merancang program kebersihan Kota Kendari kedepan.
Editor: Redaksi




























