KENDARI, SULTRACK.COM – Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra), kembali memperluas jaringan kerjasama, kali ini antara Dekan Fakultas Teknologi Ilmu Pertanian, dengan Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir). Yang dituangkan lewat penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU), Jumat (26/1/2024).
Kesempatan yang sama, dilakukan juga penandatanganan Memorandum of Agreement (MoA), antara Aspekpir Sultra dengan Prodi Agribisnis, Prodi Peternakan, Prodi Teknologi Hasil Pertanian dan Prodi Teknik Mesin Unsultra. Kemudian dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD), pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Perkebunan Kelapa Sawit Sultra, di Gedung Rektorat Unsultra yang dilaksanakan secara offline dan online (virtual).
Rektor Unsultra. Prof. Dr. Ir. Andi Bahrun M.Sc., Agric mengatakan, penandatanganan MoU dan MoA tersebut, merupakan tindak lanjut dari MoU yang telah dilakukan Unsultra dengan Aspekpir, salah satu implementasi dari kegiatan itu pihaknya mengusulkan proposal ke Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), untuk mendapatkan pendanaan bentuk program pengembangan SDM perkebunan kelapa sawit Indonesia khususnya di Sultra.
“Saat ini kami sedang menunggu hasil penilaian dari tim penilai proposal, yang dibentuk oleh BPDPKS dan Prodi yang dijadikan induknya adalah Agribisnis. Tentu ini bagian dari komitmen Unsultra untuk berkontribusi dalam pengembangan SDM perkebunan kelapa sawit, dengan harapan, agar ada perguruan tinggi di kawasan Indonesia Timur yang berperan untuk kemajuan SDM perkebunan kelapa sawit,” tuturnya.
Ketua Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (PERHIMPI) Sultra itu menyebut bahwa, pihaknya ingin menunjukkan Unsultra betul-betul komitmen dan serius dalam upaya pengembangan SDM perkebunan kelapa sawit. Ia juga mengharapkan kepada para pimpinan Fakultas dan Prodi, agar terus mempersiapkan segala sesuatu khususnya sarana prasarana, SDM tenaga pengajar, kurikulum dan bahan ajar agar ketika lolos dan diberikan kepercayaan mengelola program tersebut, Unsultra akan melaksanakan sesuai dengan harapan. Dan bahkan diupayakan melampaui dari harapan pemberi dana yaitu BPDPKS.
“Insya Allah dalam waktu dekat ini saya sudah membuat perjanjian dengan Aspekpir, untuk melakukan meeting lanjutan guna membahas persiapan-persiapan tentang program peningkatan SDM perkebunan kelapa sawit ini. Kami berharap proposal yang diusulkan ke BPDPKS bisa lolos, sehingga Unsultra menjadi perguruan tinggi ke 15 di Indonesia yang mendapatkan kepercayaan pengelolaan program pengembangan SDM perkebunan kelapa sawit tersebut. Kami ingin mengambil bagian dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit, mulai dari hulu sampai hilir terutama untuk peningkatan kualitas SDM dan nilai tambah produk,” katanya.
Sementara itu, Ketua Aspekpir Indonesia, Setiyono yang mengikuti secara daring mengaku siap berkolaborasi dengan Unsultra untuk mendukung pengembangan SDM perkebunan kelapa sawit Indonesia, khususnya di Sultra. Ia sangat berterima kasih kepada Rektor Unsultra dan seluruh civitas akademika mendukung dan bekerja sama dalam memajukan perkelapa sawitan di Indonesia.
“Saya sampaikan bahwa kami siap berkolaborasi dengan Unsultra, supaya perkelapa sawitan terutama SDM petani-petani, anak petani kelapa sawit yang ada di Sultra khususnya dan di Indonesia pada umumnya, bisa mendapatkan jalur khusus untuk melanjutkan pendidikannya terutama di Unsultra. Saya sangat bangga dan berterima kasih atas kerjasama ini mudah-mudahan semua dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang kita harapkan,” harapnya.
Di tempat yang sama Ketua Aspekpir Sultra, Ir. Achmad AS mengungkapkan, kerjasama tersebut merupakan langkah untuk pengembangan SDM perkebunan kelapa sawit di Sultra. Karena saat ini produktivitasnya masih rendah dikarenakan keterampilan dan skill pengembangan manajerial perkebunan masih rendah, sehingga membutuhkan pihak akademisi maupun asosiasi untuk bekerja sama meningkatkan kualitas SDM agar peningkatan produksi bisa tercapai.
“Kita berharap apa yang kita tuangkan dalam perjanjian ini bisa segera diimplementasikan karena memang dibutuhkan oleh dunia persawitan seperti pemerintah, asosiasi, petani dan masyarakat. Maupun petani inti dan plasma yang dibutuhkan untuk pengembangan SDM. Kedepannya harapan kami bisa diimplementasikan untuk peningkatan produksi dan mutu kelapa sawit, yang sekarang produksinya masih di bawa 20 ton per tahun, sementara standarnya itu harus 32 ton pertahun/perhektar,” pungkasnya.
Penulis : Redaksi
Discussion about this post