KENDARI, SULTRACK.COM – Kain tenun asal Desa Masalili, Kecamatan Kontunaga, Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), menjadi salah satu produk unggulan ekonomi kreatif bagi daerah tersebut, Senin (3/6/2024).
Pemerintahh Daerah (Pemda) setempat, selalu menampilkan produk-produk kain tenun Masalili ini dalam berbagai event pameran. Bukan hanya skala lokal, tapi juga kerap ditampilkan di skala nasional.
Kain tenun karya warga di Desa tersebut cukup terkenal dan mempunyai motif yang khas. Kain tenun ini merupakan salah satu warisan budaya masyarakat setempat, yang terus dilestarikan kaum perempuan di wilayah itu.
Salah satu motif yang dilestarikan pengrajin kain tenun di sana ialah motif Kentanedole. Kain tenun ini memiliki motif yang khas dengan warna yang cerah. Kecerahan warna tersebut berasal dari pewarna alami. Pengrajin masih terus mempertahankan corak itu demi memberikan kualitas yang terbaik.
Pengrajin tenun Masalili, Muna para pengrajin tentunya tetap mempertahankan penggunaan warna alami dalam setiap hasil pintalan tenunan.
Salah seorang perajin tenun asal Desa Masalili, Sitti Erni menerangkan, di kampungnya itu terkenal dengan tenun menggunakan pewarna alami.
“Kita menggunakan warna alami, pengerjaannya juga serba hati-hati. Sehingga kualitasnya juga tidak main-main,” tuturnya.
Ia menjelaskan, proses pembuatan selembar kain tenun bisa memakan waktu yang cukup lama. Dimulai dari persiapan awal atau desain, pemilihan warna yang cocok dan motif. Proses penenunan bisa sebulan penuh, tergantung tingkat kesulitan masing-masing.
“Biasanya selembar kain tenun dikerjakan selama 1 bulan penuh,” ungkapnya.
Tenun Masalili sendiri merupakan sentra kain tenun di Muna. Menjadi pusat perajin tenun itu, membuat tidak sedikit masyarakat menggantungkan mata pencahariannya pada kerajinan tersebut.
“Mayoritas warga perempuan di Desa Masalili ini mengambil peran sebagai perajin penenun,” imbuhnya.
Melalui rumah-rumah warga setempat kain tenun produksi Muna tidak lagi terpaku pada proses pembuatan kain tenun semata, tapi sudah dikembangkan menjadi berbagai produk jadi industri kreatif seperti sarung, tas, baju hingga aneka souvenir lainnya.
Kain tenun Masalili juga menjadi salah satu produk unggulan ekonomi kreatif bagi daerah tersebut. Sehingga, pemerintah daerah setempat, selalu menampilkan produk-produk kain tenun ini dalam berbagai event pameran. Bukan hanya skala lokal, tapi juga kerap ditampilkan di skala nasional.
Karena motif dan pengerjaannya dilakukan secara profesional, maka tidak salah kain tenun Masalili dibanderol dengan harga yang sesuai kualitas.
“Ada harga di atas Rp 2 juta-an, sesuai dengan kualitasnya, motif atau corak, serta bahannya,” tandasnya.
Kain Masalili ini pernah dibuatkan khusus untuk Presiden Jokowi dan rombongan VVIP dalam peringatan Hari Pers Nasional (HPN) dengan menggunakan teknik Tenun Sobi khas Masalili. Kainnya menggunakan motif Robu atau bambu muda dengan hiasan bintang.
Motif yang tersemat dalam kain tenun yang dikenakan Presiden Jokowi memiliki makna mendalam untuk warga Kabupaten Muna, khususnya Desa Masalili, asal tenun itu. Ia mengungkapkan Robu atau bambu muda merupakan makanan tradisional masyarakat Muna. Robu merupakan makanan tradisional kami di Muna, biasa dibuat sayur bambu muda.
Saat itu, untuk dipakai rombongan Jokowi ada 250 kain yang dipesan Dekranasda Sultra. Namun, benang tenun warna yang diinginkan hanya cukup untuk 25 kain saja.
Proses pembuatan 25 kain tenun Masalili itu, Erni dan kelompok tenunnya membutuhkan waktu 10 hari. Setiap kain yang dikirim ke Jakarta berukuran 3,5 meter x 60 sentimeter dengan harga per kainnya Rp 600 ribu.
Editor: Redaksi
Discussion about this post