KENDARI, SULTRACK.COM – Mantan Gubenrur Sulawesi Tenggara (Sultra), Nur Alam berikan penjelasan, usai dipanggil klarifikasi oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Sultra, pada Kamis 31 Oktober.
Nur Alam sebelumnya dilaporkan tim Kuasa Hukum Pasangan Calon (Paslon) Gubernur Sultra, Andi Sumanggerukka dan Hugua di Bawaslu Sultra, terkait dengan isu sara dan lokasi kampanye.
Pada kesempatan itu, Nur Alam mengatakan bahwa dalam klarifikasinya ia menyebut tak ada ujaran kebencian dan kampanye. Agenda-agenda yang dilakukan bukan sebagai kampanye, karena dirinya menyebut bukan sebagai tim sukses atau pun Paslon.
“Di dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut sudah saya beri penjelasan, bahwa saya kesana bukan kapasitas sebagai tim sukses Paslon, apa lagi sebagai calon,” katanya, Jumat (1/11/2024).
Ditegaskan Nur Alam, dirinya hanya masyarakat biasa mantan Gubernur Sultra yang sedang melakukan silaturahmi dengan tema pamitan yang tertunda dan ini dilakukan sudah sejak awal bulan April jauh sebelum Pemilu.
“Sultra ini luas dan saya harus memastikan seluruh daerah, di mana berapa saya kunjunggi dan saya ketemu langsung dengan seluruh masyarakat,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan bahwa laporan yang dituduhkan kepada dirinya itu salah alamat dan tak berdasar.
“Kenapa kok saya, saya bukan Paslon, bukan tim pemenangan, coba buka itu daftar tim pemenangan KPU. Kedua dikatakan ujaran kebencian, justru yang bersangkutan yang si pelapor itu memang kemungkinan sudah tertanam beni-beni kebencian atau rasis kepada kelompok lain,” ungkapnya.
Sebagai mantan Gubernur dua periode, Nur Alam mengatakan dirinya menyebut KKSS, karena memang adalah wadah yang nyata Kerukunan Keluarga Sulsel, sama dengan Kerukunan Keluarga Sultra.
“Ketuanya yaa teman saya, yang saya tau ada Sainal Abidin, Samsul Bahri, juga Rudin Tompo, terus ada Ketuanya yang keberatan apa yang saya lakukan adu domba, karna faktanya belakangan saya tau salah satu Paslon adalah Ketua KKSS, terus di mana salahnya, saya juga tidak menyebut nama,” katanya.
Lebih jauh kata dia, dirinya hanya membandingkan ketika Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan akan memimpin di Sulsel, begitu juga dengan Kerukunan Keluarga Sulawesi Tenggara.
“Saya hanya membandingkan logis tidak, tolong dicatat baik-baik orang Sultra logis nggak rumah tangga besar Sultra, yang di dalamnya juga ada kerukunan keluarganya, lalu dipimpin oleh Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan, yang merupakan orang asli Sulsel,” terangnya.
Yang bersangkutan juga kata Nur Alam, dapat ia buktikan dia bukan penduduk Sultra, namun penduduk Sulsel dan tinggal di Kota Makassar dan ada buktinya. Bahkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) juga ada lengkap buktinya.
“Jadi yang bersangkutan tidak lahir di Kendari, juga tidak tinggal dan tidak besar di Sultra, istrinya juga bukan orang Sultra,” bebernya.
Nur Alam memberikan pandangannya, dari aspek sosiologis 4 kriteria putra daerah itu memang benar-benar tidak terpenuhi di salah satu calon tersebut.
“Terus di mana salahnya apanya yang saya fitnah tidak ada hoax di situ, Yang saya kemukakan adalah fakta, oleh karna itu saya himbau rakyat Sultra untuk menyadari, teliti sebelum membeli. Negeri ini masih kita cintai bersama-sama, termasuk segenap manusianya, berarti seluruh kader-kader terbaik yang ada di Sultra, kita harus saling memelihara, menjaga dan mendukung,” imbuhnya.
Terakhir, Nur alam menghimbau agar masyarakat Sultra untuk tidak terprovokasi dan melihat kader terbaik masyarakat Sultra untuk memimpin.
“Dukunglah kader asli daerah Sultra, kenapa kita harus cari kader impor di zaman sekarang, kita semua juga sudah sekolah. Tidak ada yang lebih hebat dan paling pahami sikologi, kultur, budaya dan lainnya, selain masyarakat lokal itu, sendiri. Yaitu putra putri terbaik Sultra, mulai dari Kolaka Utara, sampai dengan Binongko, mereka itulah yang memenuhi syarat 4 tadi,” pungkasnya.
Editor: Redaksi
Discussion about this post